Jumat, 30 Juli 2010

Larangan Berfikir tentang Dzat Allah

Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali


Allah SWT berfirman, yang artinya,
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa
neraka.'" (Ali 'Imran: 191).
"Katakanlah, 'Perhatikanlah apa yaag ada di langit
dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan
Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak beriman.'" (Yunus:
101).
"Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah.
yang demikian itu adalah anggapan orang-orang
kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu Karena
mereka akan masuk neraka." (Shaad: 27).
Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya,
"Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan
jangan sekali-kali engkau berfikir tentang Dzat
Allah." (Hasan, Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-
Ahaadiits ash-Shahiihah [1788]).
Diriwayatkan dari Fudhalah bin Ubaid r.a., dari
Rasulullah saw., beliau bersabda: "Tiga jenis
orang yang tidak perlu engkau tanyakan lagi
nasibnya; orang yang memisahkan diri dari
jama'ah, ia mendurhakai imam dan mati dalam
keadaan durhaka. Budak wanita atau pria yang
melarikan diri dari tuannya, lalu mati. Dan
seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya
dengan memberi perbekalan yang cukup, lalu
sepeninggal suaminya ia bersolek (untuk lelaki
lain)." Tiga jenis orang yang tidak perlu engkau
tanyakan lagi nasibnya; Orang yang merampas
selendang Allah, sesungguhnya selendang Allah
adalah kesombongan-Nya, sarung-Nya adalah
kemuliaan. Orang yang ragu tentang Allah. Dan
orang yang berputus asa terhadap rahmat Allah."
(Shahih, HR Bukhari dalam al-Adabul Mufrad
[590], Ahmad [IV/19], Ibnu Hibban [4559], Ibnu
Abi 'Ashim dalam as-Sunnah [89], dan al-Bazzar
[84]).
Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah
saw. bersabda, "Sesungguhnya syaitan
mendatangi salah seorang dari kamu, lalu
mengatakan, 'Siapakah yang telah
menciptakanmu?' ' Allah!' jawabnya. Lalu syaitan
bertanya lagi: 'Lalu siapakah yang menciptakan
Allah?' Jika kalian menghadapi hal seperti ini, maka
hendaklah ia mengucapkan, 'Aku beriman kepada
Allah dan Rasul-rasul-Nya.' Sesungguhnya,
ucapan itu dapat menghilangkan waswas syaitan
itu." (Shahih, HR Ahmad [VI/258] dan Ibnu
Hibban dalam al-Mawarid [41])
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari
Rasulullah saw., beliau bersabda, "Sesungguhnya
syaitan mendatangi salah seorang dari kamu, lalu
berkata, 'Siapakah yang telah menciptakan ini?
Siapakah yang telah menciptakan itu?' Hingga
syaitan berkata kepadanya: 'Siapakah yang
menciptakan Rabb-mu?' Jika sudah sampai
demikian, maka hendaklah ia berlindung kepada
Allah dengan mengucapkan isti'adzah dan
berhenti." (HR Bukhari [3276] dan Muslim [134]).
Dari jalur lain diriwayatkan dengan lafazh.
"Hampir tiba masanya orang-orang saling
bertanya sesama mereka. Sehingga ada yang
bertanya, ' Allah telah menciptakan ini dan itu, lalu
siapakah yang menciptakan Allah?' Jika mereka
mengatakan seperti itu, maka bacakanlah,
'Katakanlah: 'Dialah Allah, Yang Mahaesa.' Allah
adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala
urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan Dia.' (Al-Ikhlas: 1-4). Kemudian,
hendaklah ia meludah ke kiri sebanyak tiga kali,
lalu berlindung kepada Allah dari gangguan
syaitan dengan mengucapkan isti'adzah." (HR
Abu Dawud [4732], An-Nasa'i dalam 'Amalul
Yaum wal Lailah [460], Abu Awanah [I/81-82],
Ibnu Abdil Barr dalam at-Tamhiid [VII/146]).
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., ia berkata,
"Rasulullah saw. bersabda, ' Allah SWT berfirman,
'Sesungguhnya ummatku akan terus-menerus
bertanya apa ini, apa itu?' Hingga mereka
bertanya, ' Allah telah menciptakan ini dan itu lalu
siapakah yang menciptakan Allah'" (HR Muslim
[136]).
Dalam riwayat lain ditambahkan, "Pada saat
seperti itu mereka tersesat." (Shahih, HR Ibnu Abi
Ashim dalam as-Sunnah [647]).
Kandungan Bab:
1. Allah SWT. telah menganjurkan dalam Kitab-Nya
agar berfikir dan bertadabbur. Anjuran ini ada dua
macam.
Pertama, anjuran mentadabburi ayat-ayat Al-
Qur'an dan ayat-ayat-Nya yang dapat disimak.
Agar seorang hamba dapat memahami maksud
Allah swt dan dapat meyakini kehebatan atau Al-
Qur'an sebagai Kalamullah dan mukjizat yang
tidak ada kebathilan di dalamnya, dari depan
maupun dari belakang. Sebagaimana yang Allah
SWT firmankan, "Maka apakah mereka tidak
memperhatikan al-Qur-an? kalau kiranya al-Qur-
an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya." (An-Nisaa': 82).
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-
Qur'an ataukah hati mereka
terkunci?" (Muhammad: 24).
Kedua, anjuran memikirkan keagungan ciptaan
Allah, kerajaan dan kekuasaan-Nya, serta ayat-
ayat yang dapat disaksikan, agar seorang hamba
dapat merasakan keagungan al-Khaliq, dapat
mengakui Al-Qur'an. Sebagaimana yang Allah
SWT. firmankan, "Katakanlah, 'Perhatikanlah apa
yang ada di langit dan di bumi.'" (Yunus: 101).
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas
bagi mereka, bahwa Al-Qur'an itu benar. Dan
apakah Rabbmu tidak cukup (bagi kamu), bahwa
sesungguhnya Dia menyaksikan segala
sesuatu." (Fushshilat: 53).
2. Memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah swt
yang dapat disaksikan dan mentadabburi ayat-
ayat Allah yang dapat disimak tidaklah dibatasi
dengan keadaan atau waktu tertentu seperti yang
dibuat-buat oleh kaum sufi atau ahli kalam,
dengan menggunakan istilah renungan pemikiran
dan lainnya, dalilnya adalah firman Allah SWT,
"(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya
Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka." (Ali 'Imran:
191).
3. Dzat Allah tidak akan bisa terjangkau oleh akal
pikiran dan tidak akan bisa dikira-kirakan. Allah
SWT. berfirman, "Sedangkan ilmu mereka tidak
dapat meliputi ilmu-Nya." (Thaahaa: 110). Karena
Dzat Allah Mahaagung dan Mahatinggi dari
kandungan permisalan dan qiyas.
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,
sedang Dia dapat melihat segala yang penglihatan
itu." (Al-An'aam: 103).
Dan bagi al-Khaliq, tidak ada penyerupaan,
tandingan dan juga permisalan, "Dan tidak ada
sesuatu pun yang setara dengan Dia." (Al-Ikhlash:
4). Oleh sebab itulah melalui lisan Rasul-Nya, Allah
Yang Mahabijaksana melarang berfikir tentang
Dzat-Nya Yang Mahasuci.
4. Berfikir tentang Dzat Allah akan menggiring
pelakunya kepada keragu-raguan tentang Allah.
Dan siapa saja yang ragu tentang Allah, pasti
binasa. Sebab ia akan dicecar oleh pertanyaan-
pertanyaan membingungkan yang lahir dari
permikiran sesat, " Allah menciptakan ini dan itu
lalu siapakah yang menciptakan Allah?"
Pertanyaan itu pada hakikatnya sangat kontradiktif
dan kabur maksudnya. Sebab Allah adalah
Pencipta bukan makhluk! Allah SWT berfirman,
"Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan." (Al-Ikhlash: 3).
Penyatuan dan perkara yang saling kontradiktif
adalah sebuah kekeliruan, bahkan sebuah
kemustahilan dan ketidakmungkinan. Karena
kesamaran itulah, syaitan menerobos masuk ke
dalam hati manusia sehingga mereka ragu
tentang Allah. Pertanyaan itu pada hakikatnya
menyamakan Allah (ak-Khaliq) dengan makhluk.
Tanpa ragu lagi. Makhluk pasti ada yang
menciptakannya. Akan tetapi pertanyaan tidak
berhenti sampai di situ, bahkan dilanjutkan
dengan pertanyaan tentang siapa yang
menciptakan Pencipta. Maka, jatuhlah ia dalam
penyerupaan al-Khaliq dengan makhluk, wal
'iyaadzubillaah.
5. Pengobatan untuk waswas Iblis dan pemikiran-
pemikiran syaitan ini, yaitu mengikuti tata cara Al-
Qur'an dan As-Sunnah yang dijelaskan oleh
Rasulullah saw.:
1. Membaca surat Al-Ikhlash.
2. Meludah ke kiri sebanyak tiga kali.
3. Berlindung kepada Allah swt dari gangguan
syaitan yang terkutuk dengan membaca
isti'adzah.
4. Mengatakan, "Aku beriman kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya.:
5. Memutus waswas dan menghentikan
keraguannya.
6. Bimbingan Nabawi tadi merupakan cara yang
paling mujarab untuk mengobati penyakit
waswas dan lebih ampuh untuk memutusnya
daripada cara jidal (perdebatan) logika yang
sempit yang pada umumnya malah membuat
orang bingung. Hendaklah orang yang waras
akalnya memperhatikan benar sabda Nabi,
"Sesungguhnya hal itu dapat menghilangkannya."
Jadi, siapa saja yang melakukannya semata-mata
ikhlas karena Allah dan ketaatan kepada Rasul-
Nya, maka syaitan pasti lari.
7. Kaum Salafush Shalih menerapkan metodologi
Al-Qur'an dalam memutus waswas ini.
Diriwayatkan dari Abu Zumail, ia berkata, "Aku
bertanya kepada Ibnu Abbas r.a., kukatakan
padanya, 'Ada suatu perkara yang terlintas dalam
hatiku.'" "Apa itu?" tanya beliau. "Demi Allah, aku
tidak ingin membicarakannya!" jawabku pula.
Beliau berkata, "Adakah itu sesuatu yang
membuatmu ragu?" Beliau tersenyum, lalu
berkata, "Tidak ada seorang pun yang terhindar
dari hal itu. Namun Allah SWT telah menurunkan
firman-Nya, "Maka, jika kamu (Muhammad)
berada dalam keragu-raguan tentang apa yang
Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah
kepada orang-orang yang membaca al-Kitab
sebelum kamu." (Yunus: 94) Lalu ia berkata
kepadaku, "Jika engkau merasakan sesuatu yang
meragukan di dalam hati, maka katakanlah, 'Dia-
lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan
Yang Bathin; dan Dia Mahamengetahui segala
sesuatu.'" (Al-Hadiid: 3). (Shahih, HR Abu Daud
[5110]).
Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-
Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis
Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi
Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah,
terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i,
2006), hlm. 91-98

Selasa, 27 Juli 2010

Mematikan diri

adapun yang mematikan diri yang berhuruf dan
bernama ALLAH itu demikian caranya :

1. menafikan huruf Alif,
2. Lam Awal,
3. Lam Akhir,
4. Ha

adapun huruf-huruf yang demikian ;

1. Alif = Allahusamma wati wal Ardh,
2. Lam Awal = Lillah husamma wati wal Ardh,
3. Lam Akhir = Lahulmulku samma wati wal
Ardh,
4. Ha = Wal awallu wal akhirru Wal Dzahiru wal
Batiinu

jadi jikalau demikian diri kita yang dzahir itu nyata
fana sekali2 tiada mempunyai apa-apa lagi (min
adami ila wujdin,wamin wujdin ila Adami) jadi
maksudnya dari pada kita diri yang dzahir walau
sehelai rambut pun telah tiada mempunyai lagi
apa-apa..
tiada boleh dikatakan ada lagi pada ilmu-
nya,hanya diri yang bathin jua ialah yang
bernama Muhammad..seperti firman Allah ta'ala
dalam hadits Qudsi : Ku jadikan semesta sekalian
alam ini karenamu yaa Muhammad,Ku jadikan
akan dikau karenaKu yaa Muhammad..
Adapun dzat mutlak yang dinamakan oleh kaum
ahli sufi akan Dia 'Asyiq itu ialah Ta'yin
Hakikat,Ta'yin hakikat ke duanya adanya jua
bukan dari padanya jua,maka tatkala hendak
menyatakan IradatNya dari kodratNya maka asal
Ta'yin hakikat itu dinamakan A'yan sabitah,yaitu
ibarat cermin maka limpahlah wujd mutlak itu
seperti yang di dalam cermin..
ahmad muhammad allah
I . O
allah
titik namanya ; Ahdiat
adapun pertama,titik pindah wadah semata-mata
maka ilmu A'yan sabitah hakikat tubuh
Muhammad yaitu asal sekalian Nyawa
adanya..kitab ini adalah dabitan dari kitab Babul
haqq dan jadi kitab berencong..dengan perkataan
perkenalan kepada Allah jangan susah mencari
Allah,Allah telah lenyap menjadi nyawa sekalian
batang tubuh..

--jangan susah mencari billah,
--billah ada didalam tubuh,
--jangan susah mencari Allah,
--Allah ada di dalam tubuh

yaitu Nur Allah,dimana ada Nur-nya tentu tiada
terputus dari yang punya Nur tersebut..bersatu
tetapi tiada sekutu itulah antaranya kita dengan
Allah..

Kitab Barencong,Datu Sanggul/Datu muning

Bismillahirahmanirahiim

Rakam yaitu Mengenal,
1.Maksudnya mengenal yang sebenar-benarnya
diri/mengetahui asalnya diri supaya tahu yang
sebenarnya agar mengenal akan Tuhan,
2.Ini agar meng-Esa-kan yang sebenar-benarnya
diri kepada Allah Ta'Ala agar jangan sampai
Murakabah yang bersusunan pada Ilmu-Nya..
Adapun jua maksud Rakam yang 1&2 itu
menerangkan keadaan perkakas isi tubuh yang
dzahir & yang bathin,maka jika sudah pula
diketahui seperti ini hendaknya di fana-kan agar
tetap ke-Esa an-Nya dan tidak siapa pun jua yang
dapat menduakan-Nya/Allah saja yang Tunggal/
Esa,Demikianlah maksudnya..
Kemudian daripada itu disinilah saya mulai
menerangkan,yang bernama Diri itu ada 2 Bagian:

--Diri yang Dzahir,
--Diri yang Bathin.

adapun diri yang Dzahir itu asal daripada unsur
Adam,Adam unsurnya memiliki 4 perkara,yaitu :

1.Api,
2.Angin,
3.Air,
4.Tanah

Dan berikut ini penjabaran/makna dari tulisan/
huruf ALLAH yang sering kita lihat dalam kaligrafi,

--ALIF ---> Api,
--LAM AWAL --> Angin,
--LAM AKHIR --> Air,
--HA --> TANAH/BUMI

1. adapun Api itu terbit dari Diri yang Bathin jua
yang berhuruf ALIF bernama DZAT yang menjadi
rahasia hurufnya pada kita,

2. adapun Angin itu terbit dari Diri yang Bathin jua
yang berhuruf LAM AWAL bernama SIFAT yang
menjadi nyawa pada kita/Nafas kita,

3. adapun Air itu terbit jua dari Diri kita yang
Bathin,berhuruf LAM AKHIR bernama ASMA yang
menjadi HATI pada kita (Air Nuthfah&Air Liur),

4. adapun Tanah/Bumi itu pula terbit dari Diri
yang Bathin jua berhuruf HA bernama AF'AL
menjadi tingkah Laku pada kita..
Jadi,demikianlah Diri kita yang Dzahir ini terbit dari
bayang-bayang kita yang Bathin jua dan adanya
Huruf yang bertuliskan ALLAH,tapi jangan sampai
saudara mengakui bahwa saudara adalah Tuhan
karena Diri kita yang Dzahir ini hanyalah Tulisan
(Ingat,hanya sebatas Huruf/Tulisan) yang
berlafadz ALLAH,untuk itulah Allah Ta'Ala
menciptakan tulisan/huruf tersebut agar kita
mengenal Diri kita yang Dzahir..
Kemudian daripada itu setelah kita mengetahui
Diri kita yang Dzahir hendaklah kita ketahui Diri
kita yang Bathin pula,agar dapat kita kenal akan
Tuhan melalui Diri yang Bathin sebagaimana
seperti sebuah sabda yang sangat dikenal oleh
para kaum sufi "Man Arafa Nafsahu Fa Qad Arafa
Rabbahu" barang siapa mengenal sebenar-
benarnya Diri Niscaya Diri akan mengenal
Tuhannya...tetapi sebelum kita mengenal akan
Diri kita yang Bathin,hendaklah mati dahulu
sebelum mati Diri kita yang Dzahir tadi,seperti
Sabda Nabi SAW "Mutu Kabla Anta Mutu" jikalau
telah kita matikan Diri yang Dzahir tadi,barulah
nyata dari kita yang Bathin yang bernama
sebenar-benarnya DIRI..
Simbol pemahaman Datu Sanggul/Datu Muning/
Syekh Abdus Samad/Ahmad Sirajul Huda/Syekh
Jalil,tentang keTuhanan ialah dari Bumi Naik ke
Langit maksudnya beliau mengenal Hakikat Tuhan
berdasarkan apa-apa yang telah diciptakan-Nya
(Alam Semesta) sehingga dari pemahaman
terhadap alam semesta itulah menghantarkan
pada kebenaran sejati yakni ALLAH SWT,karena
memang dari alam dan bahkan pada Diri
sendirilah (manusia) terdapat tanda-tanda
kekuasaan-NYA bagi yang
mentafakurrinya..dengan kata lain ilmu Tasawuf
Datu Sanggul adalah ilmu Laduni yang telah di
karuniakan oleh ALLAH SWT kepada beliau,karena
itu orang yang mempelajari Tasawuf pada
dasarnya bisa menggabungkan 2 sumber acuan
pokok,yakni :

1.berdasarkan Wahyu (Qauliyah),
2.berdasarkan tanda-tanda ayat-NYA (Qauniyah)
yang terpampang jelas pada alam atau makhluk
ciptaan-NYA..

"Tidak memakai ilmu atau bacaan tertentu,hanya
menjaga keluar masuknya Nafas kapan ia keluar
dan kapan ia masuk" sehingga secara rutin dapat
melaksanakan sholat ke masjidil haram setiap hari
jum'at...(kira-kira seperti itulah beberapa patah
kata yang pernah di katakan Datu Sanggul kepada
Datu Kalampayan/Syekh Muhammad Arsyad Al
Banjari) kata-kata yang diucapakan beliau tersebut
diatas juga sama seperti yang pernah di ucapkan
oleh Mawlana Abdul Khaliq Al Ghujdawani qs
tentang "Hosh Dar Dam/Bernafas secara Sadar"
dan Imam Tariqah Syah Naqsyaband qs "...(jalan)
ini dibangun diatas jalan nafas (pondasi) nafas,jadi
adalah keharusan seseorang menjaga nafasnya
dikala menghirup dan membuang nafasnya...."
salah satu karya Datu Sanggul yang spektakuler
ialah membuat tatalan/tatakan kayu besi(ulin)
menjadi soko guru mesjid di desa
tatakan,sebagaimana yang pernah dilakukan oleh
Sunan Kalijaga ketika membuat soko guru pada
Mesjid Demak..
salam cinta dan sejahtera untuk seluruh makhluk-
Nya yang penuh Cinta,jaya jaya Indonesia
Jaya,Jaya Nusantara,di laut kita jaya,di udara kita
jaya apalagi di darat !!!

Minggu, 18 Juli 2010

Bagaimana Dosa Kecil Menjadi Besar


Ketika setan dikeluarkan dari sorga dan diberi
kesempatan oleh Allah SWT untuk hidup sampai
hari qiyamat, ia berjanji di hadapan Allah SWT
akan menyesatkan hamba-hamba-Nya dengan
segala cara sehingga tidak di dapati kecuali hanya
sedikit dari manusia ini yang selamat. Setan akan
mengajak manusia dari perkara yang paling besar
yaitu mempersekutukan Allah SWT. Kalau tidak
bisa dengan perkara yang lebih kecil lagi seperti
dosa-dosa besar, dan begitu seterusnya sehingga
hal sekecil apapun tidak pernah dilewatkan oleh
setan. Oleh karena itu Allah SWT memerintahkan
kita agar menjadikan setan sebagai musuh,
sebagaimana firman-Nya:
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya
mengajak golongannya supaya mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. 35:6)
Kita mungkin bisa menghindari dari dosa besar
seperti zina, mencuri, dan dosa-dosa besar
lainnya, tapi tidak bisa menghindari dosa kecil
hanya karena alasan dosanya kecil. Padahal kalau
kita melihat dalil-dalil syar'i, beberapa dosa
tersebut dapat menjadi besar. Dan memang inilah
cara-cara setan dalam memperdaya umat ini.
Oleh karena itu begitu lihainya syetan
menggunakan kesempatan. Allah SWT
memerintahkan kepada kita agar menjauhkan diri
dari segala yang dilarang, yang besar maupun
yang kecil. Allah SWT berfirman yang artinya:
Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah;. (QS. 59:7)
Bagaimana dosa-dosa kecil menjadi besar?
1. Dilakukan terus-menerus
Misalnya seorang laki-laki memandang wanita
dan ini adalah zina mata, namun zina mata lebih
kecil dari zina kemaluan. Tapi dengan
melakukannya terus-menerus maka dia akan
menjadi besar . Sebab tidak ada dosa kecil kalau
dilakukan terus-menerus, sebagaimana dikatakan
seorang salaf:' Tidak ada yang namanya dosa
kecil kalau dilakukan terus-menerus dan tidak ada
dosa besar apabila diiringi dengan taubat".
2. Karena diremehkan
Sesungguhnya perbuatan dosa itu apabila
dianggap berat oleh seorang hamba akan
menjadi kecil di sisi Allah SWT. Karena anggapan
sebuah dosa sebagai dosa yang besar berpangkal
dari hati yang benci kepadanya dan berupaya
menghindarinya.
3. Apabila seorang hamba merasa senang
melakukannya
Perasaan bangga gembira dan senang terhadap
dosa, menjadikan dosa tersebut menjadi besar.
Ketika rasa senang kepada dosa kecil sudah
mendominasi diri seseorang, maka menjadi
besarlah dosa kecil tersebut, dan besar pula
pengaruhnya untuk menghitamkan hatinya.
Sampai-sampai ada yang merasa bangga karena
bisa melakukan sebuah dosa, padahal
kegembiran pada sebuah dosa lebih besar dari
dosa itu sendiri. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar
(berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di
kalangan orang-orang yang beriman, bagi
mereka azab yang pedih di dunia dan di
akhirat.Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui. (QS. 24:19)
Misalnya seperi orang yang berkata: Tidakkah
kamu tahu bagaiman aku membuntuti fulan dan
berhasil melihatnya" atau ucapan-ucapan dan
perbuatan lainnya yang menunjukkan sikap
bangga dan senang atas perbuatan dosa. Maka
semua itu menjadikan dosa yang semula kecil
menjadi besar.
4. Apabila menyepelekan tabir Allah SWT
yang menutupi kesalahannya, kasih sayang-
Nya dan keramahan-Nya
Sikap santainya dalam melakukan dosa, tidak
adanya rasa takut kepada Allah SWT dan
pengawasan-Nya. Perasaan aman dari siksa Allah
SWT adalah gamnbaran dari menyepelekan tabir
Allah SWT. Dia tidak sadar bahwa perbuatannya
itu mendatangkan murka Allah SWT. Ibnu Abbas
r.a. berkata: Wahai orang yang berdosa, jangan
merasa aman dari akibat buruknya. Tatkala suatu
dosa diikuti oleh sesuatu yang lebih besar dari
dosa, jika kamu melakukan dosa, tanpa merasa
malu terhadap pengawas yang ada di kanan
kirimu, maka kamu berdosa, dan menyepelekan
dosa itu lebih besar dari dosa itu sendiri,…,
kegembiraanmu dengan dosa ketika kamu sudah
melakukannya, itu lebih besar dari dosa itu
sendiri, kesedihanmu atas suatu dosa ketika ia
lepas darimu (tidak dapat melaksanakannya,
maka itu lebih besar dari dosa itu sendiri.
Kekhawatiranmu terhadap angin ketika ia
menggerakkan daun pintumu pada saat kamu
sedang melakukan dosa serta hatimu tidak
pernah risau dengan pengawasan Allah SWT
kepadamu, maka itu lebih besar dari dosa itu
sendiri".
5. Mujaharah
Yakni apabila seseorang melakukan dosa dengan
terang-terangan di depan umum atau dengan
menceritakannya kepada orang lain padahal jika ia
tidak menceritakannya orang lain tidak ada yang
tahu, kecuali dia dengan Rabbnya. Dengan sikap
ini berarti ia telah mengundang hasrat orang lain
untuk melakukan dosa tersebut dan secara tidak
langsung ia telah mengajak orang lain untuk ikut
melakukannya. Dalam hal ini ia telah melakukan
dua hal sekaligus yaitu dosa itu sendiri ditambah
mujaharahnya, sehingga dosanya pun menjadi
besar. Rasulullah SAW bersabda:
"Setiap umatku dapat diampuni dosa-dosanya
kecuali orang yang mengekspos dosa-nya.
Contoh dari mengekspos dosa adalah seorang
yang melakukan dosa dimalam hari, kemudian
pada pagi harinya, padahal Allah SWT telah
menutupi dosanya, ia mengatakan:Wahai fulan,
tadi malam saya telah melakukan demikian dan
demikian. Di malam hari Allah SWT telah
menutupi perbuatan dosanya, namun di pagi
harinya justru ia sendiri yang menyiarkannya".
(HR: Bukhari 5721, Baihaqi 17373, Dailami 4795)
6. Jika dilakukan oleh orang yang menjadi
panutan
Seorang yang diangap panutan, baik ia seorang
ulama atau seorang direktur perusahaan, kepala
sekolah atau siapa saja yang mempunyai
pengaruh, sehingga apabila ia melakukan suatu
dosa orang-orang akan mengikutinya, maka dosa
yang dilakukannya itu menjadi besar. Sebab
dosa-dosa orang yang mengikutinya akan
menjadi tanggungannya. Rasulullah SAW
bersabda:
'Barangsiapa yang membuat dalam Islam tradisi
yang buruk, maka dibebankan kepadanya dosa
yang buruk itu dan dosa orang yang
mengerjakannya sesudahnya tanpa mengurangi
dosa-dosa mereka sedikitpun. (HR: Muslim 1017,
Ahmad 19179-19197)
Rasulullah SAW ketika menulis surat kepada
Najasyi ( Asyhamah bin Al-Aabjar) Raja Habasyah
(Ethiopia), Juraij bin Mata yang bergelas Muqauqis
raja Mesir, Kisra raja Persia, Heraqlius raja
Romawi dalam rangka mengajak mereka ke
dalam Islam. Di antara isi surat tersebut
disebutkan bahwa jika mereka menolak, maka
mereka akan menanggung dosa semua
kaumnya. Hal ini tiada lain karena mereka adalah
panutan bagi kaum mereka. Jika mereka masuk
Islam maka dengan sendirinya mereka juga akan
masuk Islam, walaupun tidak semuanya.
Ini adalah sebagian yang menyebabkan dosa kecil
menjadi besar, kalau ada di antara kita yang
pernah salah karena pernah melakukan hal yang
tersebut, hendaklah kita bertaubat kepada Allah
SWT, janganlah kita menunda-nunda karena tidak
ada yang bisa menjamin kalau kita masih akan
hidup sampai esok hari, sebab berapa banyak
tanaman yang rusak sebelum keluar tunasnya.
Semoga Allah SWT memberikan kepada kita
taufik-Nya.
Jamaluddin
Maraji':
1. Saatnya bertaubat, Muhammad bin Husain
Yakqub, Darul haq.
2. Bahaya Dosa dan perngaruhnya,
Muhammad bin Ahmad Rasyid Ahman, At-
Tibyan.
3. Minhajul Qashidin, Ibnu Quddamah, Al-
Kautsar.
4. Raudhatul Anwar FiSirati An-Nabi Al-
Mukhtar.
kajian dibawakan oleh ummi_ninasupri


silahkan tulis commentar anda disini. Terima kasih...........................!!

Minggu, 04 Juli 2010

Pertemuan Rasulullah dan iblis (semua yang dibenci iblis dan yang disukai iblis)



Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di
kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba
terdengar panggilan seseorang dari luar rumah:
“Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk?
Sebab kalian akan membutuhkanku.”
Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang
memanggil?”
Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih
tahu.”
Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah
bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku
membunuhnya wahai Rasulullah”.
Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar,
bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya
kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik
bukakan pintu untuknya, sebab dia telah
diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah
apayang hendak ia katakan dan dengarkan
dengan baik.”
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka,
ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu
matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut
seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti
taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.
Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad.
Salam untukmu para hadirin…”
Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya
milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa
keperluanmu?”
Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang
ke sini bukan atas kemauanku, namun karena
terpaksa.”
“Siapa yang memaksamu?”
Seorang malaikat dari utusan Allah telah
mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk
mendatangi Muhammad sambil menundukkan
diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam
menggoda manusia. jawabalah dengan jujur
semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah,
andai kau berdusta satu kali saja, maka Allahakan
jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”
“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu.
Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku
berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku.
Tidak ada sesuatu pun yang paling besar
menimpaku daripada cacian musuh.”
Orang Yang Dibenci Iblis
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau
kau benar jujur, siapakah manusia yang paling
kau benci?”
Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang
sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku
benci.”
“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertakwa yang memberikan
dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”
“lalu siapa lagi?”
“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”
“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”
“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah
mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”
“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan
kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari,
Allah akan memberi pahala orang -orang yang
sabar.”
” Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”
“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan
mengeluarkannya juga dari tempatnya.”
“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah,
apalagi dalam Islam.”
“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti
kabur.”
“Usman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun
malu kepadanya.”
“Ali bin Abi Thalib?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat,
dan berharap ia melepaskanku dan aku
melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan
itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap
Allah SWT)
Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis
“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang
dari umatku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”
“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x
kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”
“Jika seorang umatku berpuasa?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”
“Jika ia berhaji?”
“Aku seperti orang gila.”
“Jika ia membaca al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”
“Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah
tubuhku dengan gergaji.”
“Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan
baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya,
hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi
hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala
macam musibah akan terhalau dari dirinya.”
“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”
“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”
“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”
“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam – diam.”
“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”
“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”
“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”
“Bagaimana cara makanmu?”
“Dengan tangan kiri dan jariku.”
“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di
musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.”
Manusia Yang Menjadi Teman Iblis
Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai
Iblis?”
“Pemakan riba.”
“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”
“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”
“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”
“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”
“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”
“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”
“Siapa manusia yang paling
membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan
sengaja.”
Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang
Ikhlas
Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi
Allah yang telah membahagiakan umatku dan
menyengsarakanmu.”
Iblis segera menimpali:
“ Tidak,tidak.. tak akan ada kebahagiaan selama
aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa
berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa
masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka
tak bisa melihatku. Demiyang menciptakan diriku
dan memberikanku kesempatan hingga hari
akhir, aku akan menyesatkan mereka semua.
Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa
membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana
dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang
ikhlas.”
“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”
“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa
barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia
bukan orang yang ikhlas. "
"Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai
dinar dan dirham, tidak suka pujian dan
sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang
yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. "
"Selama seorang hamba masih menyukai harta
dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan
kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”
Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya
“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku
mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak
memiliki 70.000 syaithan.
Sebagian ada yang aku tugaskan untuk
mengganggu ulama. Sebagian untuk
menggangu anak – anak muda, sebagian untuk
menganggu orang -orang tua, sebagian untuk
menggangu wanta – wanita tua, sebagian anak -
anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.
Aku punya anak yang suka mengencingi telinga
manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah.
tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada
waktu shalat berjamaah.
Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu
di mata orang yang sedang mendengarkan
ceramah ulama hingga mereka tertidur dan
pahalanya terhapus.
Aku punya anak yang senang berada di lidah
manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu
ia beberkan kepada manusia, maka 99%
pahalanya akan terhapus.
Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku
dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu
menghiasinya agar setiap orang
memandanginya.”
Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”,
lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun
menghiasi kukunya.
“ Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan
berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari
satu pintu ke pintu yang lainnya untuk
menggoda manusia hingga mereka terhempas
dari keikhlasan mereka.
Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas,
namun mereka tidak merasa.
Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib
yang telah beribadat kepada Allah selama 70
tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya,
sembuh seketika. Aku terus menggodanya
hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”
Cara Iblis Menggoda
“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari
diriku?
Akulah mahluk pertama yang berdusta.
Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa
bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.
Tahukah kau Muhammad?
Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan
nama Allah bahwa aku benar – benar
menasihatinya.
Sumpah dusta adalah kegemaranku.
Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba)
kesenanganku.
Kesaksian palsu kegembiraanku.
Orang yang bersumpah untuk menceraikan
istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya
sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang
siapa membiasakan dengan kata – kata cerai,
isterinya menjadi haram baginya. Kemudian
iaakan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi
semua anak – anak zina dan ia masuk neraka
hanya karena satu kalimat, CERAI.
Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka
mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri
untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih
lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya
hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu,
maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia
shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri
dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat iatu
aku usap dengan tanganku dan kucium
keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’
Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang
banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.
Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk
bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang
mematuk beras.
jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat
berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga
ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau
meletakkannya sebelum imam.
Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya
dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah
keledai.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup
hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika
ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap,
syaithan akan masuk ke dalamdirinya, dan
membuatnya menjadi bertambah serakah dan
gila dunia.
Dan iapun semakin taat padaku.
Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku
memerintahkan orang miskin agar meninggalkan
shalat. aku katakan padaknya, ‘kamu tidak wajib
shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang
berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin
tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau
shalat.’
Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil
meninggalkan shalat maka Allah akan
menemuinya dalam kemurkaan.
Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan
menjadikanku debu.
Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira
dengan umatmu padahal aku mengeluarkan
seperenam mereka dari islam?”
10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT
“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”
“10 macam”
“Apa saja?”
“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi
dalam harta dan anak manusia, Allah
mengizinkan.”
Allah berfirman,
“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan
anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan
kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)
“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya.
Aku juga makan dari makanan haram dan yang
bercampur dengan riba, aku juga makan dari
makanan yang tidak dibacakan nama Allah.
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut
bersama dengan orang yang berhubungan
dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah,
maka setan ikut bersamanya dan anak yang
dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.
Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang
yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan
yang halal.
Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi
sebagai rumahku.
Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai
masjidku.
Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai
Quranku.
Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk
sebagai teman tidurku.
Aku minta agar Allah memberikanku saudara,
maka Ia jadikan orang yang membelanjakan
hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.”
Allah berfirman,
“Orang -orang boros adalah saudara – saudara
syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).
“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah
membuatku bisa melihat manusia sementara
mereka tidak bisa melihatku.
Dan aku minta agar Allah memberiku
kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah
manusia.
Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga
dengan hal itu hingga hari kiamat.
Sebagian besar manusia bersamaku di hari
kiamat.”
Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa
menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa
membisikan dan menggoda.
Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa
seorangpun…!!!
Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi
hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang
menyampaikan amanah.
Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada
seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya
bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah
ditentukan sengsara.
Orang yang bahagia adalah orang yang telah
ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang
yang sengsara adalah orang yang telah ditulis
sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca ayat :
“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang
dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 - 119)
juga membaca,
“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti
berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)
Iblis lalu berkata:
“ Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah
ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci
Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi
dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang
telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk
celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si
celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku
sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”
Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara
kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah
tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tsb. Sehingga
kita semua dapat mengetahui dan dapat
mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan
godaan Iblis atau Syaithan.
Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat
setidak-setidaknya membuat hidup ini lebih
nyaman dan membuat tempat serta lingkungan
kita lebih aman.


WASSALAM.........?!