Sabtu, 28 Agustus 2010

ASAL DIRI

DZAT ALLAH-->NUR DZAT--> NURULLAH-->
MUHAMMAD(insan)--> NUR MUHAMMAD
DZAT ALLAH--> JIBRIL & MUKARABIN
KITAB WASILAH&WASITAH

pengenalan ilmu marifat
Alhamdulillahirabbil Alamin wasalatu
wassalamu ala sayiddina mursaliin wa'ala
alihi wa'ashabihi aj'main..

adapun kemudian daripada itu ketahui
olehmu hai salik bahwasanya tiada
sempurna bagi seseorang mengenal diri
melainkan mengetahui akan asal kejadian
diri,yang mula-mula diciptakan oleh Allah
Ta'ala..pasal pada menyatakan asal yang
mula-mula di jadikan oleh Allah seperti pada
sabda Abdullah ibn Abbas (ra) dari junjungan
kita Nabi SAW : yang mula-mula di jadikan
oleh Allah Ta'ala yaitu Nur NabiMu..

> la yaskuluhul lahu'illah = tiada yang
menyebut Allah hanya Allah,
> laya rulahu ilallah = tiada yang melihat
Allah hanya Allah,
>laya budullahu ilallah = tiada yang
menyembah Allah hanya Allah
seperti firman Allah di dalam hadits qudsi :
dzahir tuhan didalam bathin hamba-
nya,manusia itu rahasiaku dan aku pun
rahasianya(insanu sirri wa ana sirrahu)
bermula insan itu rahasiaku dan rahasiaku
itu sifatku dan sifat-ku tiada lain dari
padanya(al insanu sirri wassirri wa
sifatun,wasifatin laghoiri) , pada hakikatnya
bagi Allah katanya Allah kepada
Muhammad..ini di dalam Al-Adzhim..
(jistumul insanu
wanafsuhu,wakalbuhu,warkuhu,wassamahu,wabsarrahu
warruha walisanuhu,wayajiduhu,lahuahila
ana walla ana gairuhu : tubuh manusia dan
hatinya dan
nyawanya,pendengarannya,penglihatannya,tangan
dan kakinya sekalian itu aku nyatakan
dengan diriku bagi dirinya,dan insan itu tiada
lain dari pada aku dan aku pun tiada lain dari
padanya...maka tiada engkau berani akan di
aku selama engkau masih tiada fana di
dalamku,syahtiada ayal,terhila dan yaitu
rupaku padamu..
maka yaitulah yang dipegang oleh orang
arif'billah,firman Allah : wa huwa ma'akum
Ainama kuntum " ada tuhan kamu serta
kamu",wa fi'an fusikum affala tafsiruun "dan
didalam dirimu pun Aku maka tiadalah kamu
lihat akan di Aku,karena Aku terlebih
hampor dekat pada alat matamu yang
putih,terlebih Aku hampir padamu.."
maka memadailah keterangan dan nash
Quran maka sampai disinilah keterangan-
keterangan ajesamm andrakul idrakul
fahwa idrak,bermula lemah dari pada
pendapat maka yaitulah yang di dapat La
Illaha Ila Allah,Ana...tiada tuhan melainkan
Aku...
Adapun La Illaha --> isyarat wujd makhluk,
Ila Allah --> isyarat Qadim
(bersambung..)

Minggu, 15 Agustus 2010

BID'AH



Nabi saw memperbolehkn brbuat
Bid'ah hasanah. Nabi saw memperbolehkn kita
melakukn Bid'ah hasanah selama hal itu baik
dan tidak menentang syariah, sebagaimana
sabda beliau saw: "Barangsiapa membuat buat
hal baru yang baik dalam Islam, maka baginy
pahalanya dan pahala orang yg mengikutiny
dan tak brkurang sedikitpun dari pahalany, dan
barangsiapa membuat buat hal baru yg buruk
dalam Islam, maka baginya dosany dan dosa
orang yg mengikutinya dan tak dikurangkn
sedikitpun dari dosanya" (Shahih Muslim hadits
no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih
Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan
Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan byk lagi).
Hadits ini menjelaskan makna Bid'ah hasanah
dan Bid'ah dhalalah. Perhatikan hadits beliau saw,
bukankah beliau saw menganjurkan,
maksudnya bila kalian mempunyai suatu
pendapat atau gagasan baru yang membuat
kebaikan atas Islam maka perbuatlah.., alangkah
indahny bimbingan Nabi saw yang tdk
mencekik ummat, beliau saw tahu bahwa
ummatny bkn hidup untuk 10 atau 100
tahun, tp ribuan tahun akn brlanjut dan akan
muncul kemajuan zaman, modernisasi,
kematian ulama, merajalela kemaksiatan, maka
tentunya pastilah diperlukn hal hal yg baru
demi menjaga muslimin lebih trjaga dalam
kemuliaan, demikianlah bentuk kesempurnaan
agama ini, yg tetap akn bisa dipakai hingga
akhir zaman, inilah makna ayat : "ALYAUMA
AKMALTU LAKUM DIINUKUM..", yg artinya
"hari ini Kusempurnakn utk kalian agama
kalian, kusempurnakn pula kenikmatan bagi
kalian, dan kuridhoi Islam sebagai agama kalian",
Maksudny semua ajaran telah sempurna, tak
perlu lagi ada pendapat lain demi memperbaiki
agama ini, semua hal yg baru selama itu baik
sudah masuk dalam kategori syariah dan sdh
direstui oleh Allah dan rasul Nya, alangkh
sempurnanya Islam, Bila yang dimaksud adalah
tidak ada lagi penambahan, maka pendapat itu
salah, karena setelah ayat ini masih ada banyak
ayat ayat lain turun, masalah hutang dll, berkata
para Mufassirin bahwa ayat ini bermakna Makkah
Almukarramah sebelumnya selalu masih
dimasuki orang musyrik mengikuti hajinya
orang muslim, mulai kejadian turunnya ayat ini
maka Musyrikin tidak lagi masuk masjidil haram,
maka membuat kebiasaan baru yang baik boleh
boleh saja. Namun tentunya bukan membuat
agama baru atau syariat baru yang bertentangan
dengan syariah dan sunnah Rasul saw, atau
menghalalkan apa apa yang sudah diharamkan
oleh Rasul saw atau sebaliknya, inilah makna
hadits beliau saw : "Barangsiapa yang membuat
buat hal baru yang berupa keburukan...dst",
inilah yang disebut Bid'ah Dhalalah. Beliau saw
telah memahami itu semua, bahwa kelak zaman
akan berkembang, maka beliau saw
memperbolehkannya (hal yang baru berupa
kebaikan), menganjurkannya dan menyemangati
kita untuk memperbuatnya, agar ummat tidak
tercekik dengan hal yang ada dizaman kehidupan
beliau saw saja, dan beliau saw telah pula
mengingatkan agar jangan membuat buat hal
yang buruk (Bid'ah dhalalah). Mengenai pendapat
yang mengatakan bahwa hadits ini adalah
khusus untuk sedekah saja, maka tentu ini
adalah pendapat mereka yang dangkal dalam
pemahaman syariah, karena hadits diatas jelas
jelas tak menyebutkan pembatasan hanya untuk
sedekah saja, terbukti dengan perbuatan Bid'ah
hasanah oleh para Sahabat dan Tabi in. Siapakah
yang pertama memulai Bid'ah hasanah setelah
wafatnya Rasul saw Ketika terjadi pembunuhan
besar besaran atas para sahabat (Ahlul
yamaamah) yang mereka itu para Huffadh (yang
hafal) Alqur an dan Ahli Alqur an di zaman
Khalifah Abubakar Asshiddiq ra, berkata
Abubakar Ashiddiq ra kepada Zeyd bin Tsabit ra :
"Sungguh Umar (ra) telah datang kepadaku dan
melaporkan pembunuhan atas ahlulyamaamah
dan ditakutkan pembunuhan akan terus terjadi
pada para Ahlulqur an, lalu ia menyarankan agar
Aku (Abubakar Asshiddiq ra) mengumpulkan
dan menulis Alqur an, aku berkata : Bagaimana
aku berbuat suatu hal yang tidak diperbuat oleh
Rasulullah.., maka Umar berkata padaku bahwa
Demi Allah ini adalah demi kebaikan dan
merupakan kebaikan, dan ia terus meyakinkanku
sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku
setuju dan kini aku sependapat dengan Umar,
dan engkau (zeyd) adalah pemuda, cerdas, dan
kami tak menuduhmu (kau tak pernah berbuat
jahat), kau telah mencatat wahyu, dan sekarang
ikutilah dan kumpulkanlah Alqur an dan tulislah
Alqur an..!" Berkata Zeyd : "Demi Allah sungguh
bagiku diperintah memindahkan sebuah gunung
daripada gunung gunung tidak seberat
perintahmu padaku untuk mengumpulkan Alqur
an, bagaimana kalian berdua berbuat sesuatu
yang tak diperbuat oleh Rasulullah saw", maka
Abubakar ra mengatakannya bahwa hal itu
adalah kebaikan, hingga iapun meyakinkanku
sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku
setuju dan kini aku sependapat dengan mereka
berdua dan aku mulai mengumpulkan Alqur an".
(Shahih Bukhari hadits no.4402 dan 6768). Nah
saudaraku, bila kita perhatikan konteks diatas
Abubakar shiddiq ra mengakui dengan
ucapannya : "sampai Allah menjernihkan dadaku
dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan
Umar", hatinya jernih menerima hal yang baru
(Bid'ah hasanah) yaitu mengumpulkan Alqur an,
karena sebelumnya alqur an belum dikumpulkan
menjadi satu buku, tapi terpisah pisah di hafalan
sahabat, ada yang tertulis di kulit onta, di
tembok, dihafal dll, ini adalah Bid'ah hasanah,
justru mereka berdualah yang memulainya. Kita
perhatikan hadits yang dijadikan dalil menafikan
(menghilangkan) Bid'ah hasanah mengenai
semua Bid'ah adalah kesesatan, diriwayatkan
bahwa Rasul saw selepas melakukan shalat
subuh beliau saw menghadap kami dan
menyampaikan ceramah yang membuat hati
berguncang, dan membuat airmata mengalir..,
maka kami berkata : "Wahai Rasulullah.. seakan
akan ini adalah wasiat untuk perpisahan.., maka
beri wasiatlah kami.." maka rasul saw bersabda :
"Kuwasiatkan kalian untuk bertakwa kepada
Allah, mendengarkan dan taatlah walaupun
kalian dipimpin oleh seorang Budak afrika,
sungguh diantara kalian yang berumur panjang
akan melihat sangat banyak ikhtilaf perbedaan
pendapat, maka berpegang teguhlah pada
sunnahku dan sunnah khulafa urrasyidin yang
mereka itu pembawa petunjuk, gigitlah kuat kuat
dengan geraham kalian (suatu kiasan untuk
kesungguhan), dan hati hatilah dengan hal hal
yang baru, sungguh semua yang Bid;ah itu
adalah kesesatan". (Mustadrak Alasshahihain
hadits no.329). Jelaslah bahwa Rasul saw
menjelaskan pada kita untuk mengikuti sunnah
beliau dan sunnah khulafa urrasyidin, dan
sunnah beliau saw telah memperbolehkan hal
yang baru selama itu baik dan tak melanggar
syariah, dan sunnah khulafa urrasyidin adalah
anda lihat sendiri bagaimana Abubakar shiddiq ra
dan Umar bin Khattab ra menyetujui bahkan
menganjurkan, bahkan memerintahkan hal yang
baru, yang tidak dilakukan oleh Rasul saw yaitu
pembukuan Alqur an, lalu pula selesai
penulisannya dimasa Khalifah Utsman bin Affan
ra, dengan persetujuan dan kehadiran Ali bin Abi
Thalib kw. Nah.. sempurnalah sudah keempat
makhluk termulia di ummat ini, khulafa
urrasyidin melakukan Bid'ah hasanah, Abubakar
shiddiq ra dimasa kekhalifahannya
memerintahkan pengumpulan Alqur an, lalu
kemudian Umar bin Khattab ra pula dimasa
kekhalifahannya memerintahkan tarawih
berjamaah dan seraya berkata : "Inilah sebaik
baik Bid'ah!"(Shahih Bukhari hadits no.1906) lalu
pula selesai penulisan Alqur an dimasa Khalifah
Utsman bin Affan ra hingga Alqur an kini dikenal
dengan nama Mushaf Utsmaniy, dan Ali bin Abi
Thalib kw menghadiri dan menyetujui hal itu.
Demikian pula hal yang dibuat-buat tanpa
perintah Rasul saw adalah dua kali adzan di
Shalat Jumat, tidak pernah dilakukan dimasa
Rasul saw, tidak dimasa Khalifah Abubakar
shiddiq ra, tidak pula dimasa Umar bin khattab ra
dan baru dilakukan dimasa Utsman bin Affan ra,
dan diteruskan hingga kini (Shahih Bulkhari
hadits no.873). Siapakah yang salah dan
tertuduh, siapakah yang lebih mengerti larangan
Bid'ah, adakah pendapat mengatakan bahwa
keempat Khulafa urrasyidin ini tak faham makna
Bid'ah Bid'ah Dhalalah Jelaslah sudah bahwa
mereka yang menolak Bid'ah hasanah inilah
yang termasuk pada golongan Bid'ah dhalalah,
dan Bid'ah dhalalah ini banyak jenisnya, seperti
penafikan sunnah, penolakan ucapan sahabat,
penolakan pendapat Khulafa urrasyidin,
nah..diantaranya adalah penolakan atas hal baru
selama itu baik dan tak melanggar syariah,
karena hal ini sudah diperbolehkan oleh Rasul
saw dan dilakukan oleh Khulafa urrasyidin, dan
Rasul saw telah jelas jelas memberitahukan
bahwa akan muncul banyak ikhtilaf,
berpeganglah pada Sunnahku dan Sunnah
Khulafa urrasyidin, bagaimana Sunnah Rasul
saw, beliau saw membolehkan Bid'ah hasanah,
bagaimana sunnah Khulafa urrasyidin, mereka
melakukan Bid'ah hasanah, maka penolakan atas
hal inilah yang merupakan Bid'ah dhalalah, hal
yang telah diperingatkan oleh Rasul saw. Bila kita
menafikan (meniadakan) adanya Bid'ah hasanah,
maka kita telah menafikan dan memBid'ahkan
Kitab Al-Quran dan Kitab Hadits yang menjadi
panduan ajaran pokok Agama Islam karena
kedua kitab tersebut (Al-Quran dan Hadits) tidak
ada perintah Rasulullah saw untuk
membukukannya dalam satu kitab masing-
masing, melainkan hal itu merupakan ijma/
kesepakatan pendapat para Sahabat Radhiyallahu
anhum dan hal ini dilakukan setelah Rasulullah
saw wafat. Buku hadits seperti Shahih Bukhari,
shahih Muslim dll inipun tak pernah ada perintah
Rasul saw untuk membukukannya, tak pula
Khulafa urrasyidin memerintahkan menulisnya,
namun para tabi in mulai menulis hadits Rasul
saw. Begitu pula Ilmu Musthalahulhadits,
Nahwu, sharaf, dan lain-lain sehingga kita dapat
memahami kedudukan derajat hadits, ini semua
adalah perbuatan Bid'ah namun Bid'ah Hasanah.
Demikian pula ucapan "Radhiyallahu anhu" atas
sahabat, tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah
saw, tidak pula oleh sahabat, walaupun itu di
sebut dalam Al-Quran bahwa mereka para
sahabat itu diridhoi Allah, namun tak ada dalam
Ayat atau hadits Rasul saw memerintahkan
untuk mengucapkan ucapan itu untuk
sahabatnya, namun karena kecintaan para Tabi
in pada Sahabat, maka mereka menambahinya
dengan ucapan tersebut. Dan ini merupakan
Bid'ah Hasanah dengan dalil Hadits di atas, Lalu
muncul pula kini Al-Quran yang di kasetkan, di
CD kan, Program Al-Quran di handphone, Al-
Quran yang diterjemahkan, ini semua adalah
Bid'ah hasanah. Bid'ah yang baik yang berfaedah
dan untuk tujuan kemaslahatan muslimin,
karena dengan adanya Bid'ah hasanah di atas
maka semakin mudah bagi kita untuk
mempelajari Al-Quran, untuk selalu membaca
Al-Quran, bahkan untuk menghafal Al-Quran
dan tidak ada yang memungkirinya. Sekarang
kalau kita menarik mundur kebelakang sejarah
Islam, bila Al-Quran tidak dibukukan oleh para
Sahabat ra, apa sekiranya yang terjadi pada
perkembangan sejarah Islam Al-Quran masih
bertebaran di tembok-tembok, di kulit onta,
hafalan para Sahabat ra yang hanya sebagian
dituliskan, maka akan muncul beribu-ribu Versi
Al-Quran di zaman sekarang, karena semua
orang akan mengumpulkan dan
membukukannya, yang masing-masing dengan
riwayatnya sendiri, maka hancurlah Al-Quran
dan hancurlah Islam. Namun dengan adanya
Bid'ah Hasanah, sekarang kita masih mengenal
Al-Quran secara utuh dan dengan adanya Bid'ah
Hasanah ini pula kita masih mengenal Hadits-
hadits Rasulullah saw, maka jadilah Islam ini
kokoh dan Abadi, jelaslah sudah sabda Rasul
saw yang telah membolehkannya, beliau saw
telah mengetahui dengan jelas bahwa hal hal
baru yang berupa kebaikan (Bid'ah hasanah),
mesti dimunculkan kelak, dan beliau saw telah
melarang hal hal baru yang berupa keburukan
(Bid'ah dhalalah). Saudara saudaraku, jernihkan
hatimu menerima ini semua, ingatlah ucapan
Amirulmukminin pertama ini, ketahuilah ucapan
ucapannya adalah Mutiara Alqur an, sosok
agung Abubakar Ashiddiq ra berkata mengenai
Bid'ah hasanah : "sampai Allah menjernihkan
dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat
dengan Umar". Lalu berkata pula Zeyd bin
haritsah ra :"..bagaimana kalian berdua
(Abubakar dan Umar) berbuat sesuatu yang tak
diperbuat oleh Rasulullah saw, maka Abubakar
ra mengatakannya bahwa hal itu adalah
kebaikan, hingga iapun(Abubakar ra)
meyakinkanku (Zeyd) sampai Allah
menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini
aku sependapat dengan mereka berdua". Maka
kuhimbau saudara saudaraku muslimin yang
kumuliakan, hati yang jernih menerima hal hal
baru yang baik adalah hati yang sehati dengan
Abubakar shiddiq ra, hati Umar bin Khattab ra,
hati Zeyd bin haritsah ra, hati para sahabat, yaitu
hati yang dijernihkan Allah swt, Dan curigalah
pada dirimu bila kau temukan dirimu
mengingkari hal ini, maka barangkali hatimu
belum dijernihkan Allah, karena tak mau
sependapat dengan mereka, belum setuju
dengan pendapat mereka, masih menolak Bid'ah
hasanah, dan Rasul saw sudah
mengingatkanmu bahwa akan terjadi banyak
ikhtilaf, dan peganglah perbuatanku dan
perbuatan khulafa urrasyidin, gigit dengan
geraham yang maksudnya berpeganglah erat
erat pada tuntunanku dan tuntunan mereka.
Allah menjernihkan sanubariku dan sanubari
kalian hingga sehati dan sependapat dengan
Abubakar Asshiddiq ra, Umar bin Khattab ra,
Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Thalib kw dan
seluruh sahabat.. amiin Pendapat para Imam
dan Muhadditsin mengenai Bid'ah 1. Al Hafidh Al
Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris
Assyafii rahimahullah (Imam Syafii) Berkata
Imam Syafii bahwa Bid'ah terbagi dua, yaitu
Bid'ah mahmudah (terpuji) dan Bid'ah
madzmumah (tercela), maka yang sejalan
dengan sunnah maka ia terpuji, dan yang tidak
selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau
berdalil dengan ucapan Umar bin Khattab ra
mengenai shalat tarawih : "inilah sebaik baik
Bid'ah". (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)
2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al
Qurtubiy rahimahullah "Menanggapi ucapan ini
(ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam
Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw
yang berbunyi : "seburuk buruk permasalahan
adalah hal yang baru, dan semua Bid'ah adalah
dhalalah" (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa
kullu bid atin dhalaalah), yang dimaksud adalah
hal hal yang tidak sejalan dengan Alqur an dan
Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat
radhiyallahu anhum, sungguh telah diperjelas
mengenai hal ini oleh hadits lainnya :
"Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik
dalam Islam, maka baginya pahalanya dan
pahala orang yang mengikutinya dan tak
berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan
barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk
dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa
orang yang mengikutinya" (Shahih Muslim
hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti
penjelasan mengenai Bid'ah yang baik dan Bid'ah
yang sesat". (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)
3. Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya
Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah
(Imam Nawawi) "Penjelasan mengenai hadits :
"Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik
dalam Islam, maka baginya pahalanya dan
pahala orang yang mengikutinya dan tak
berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan
barangsiapa membuat buat hal baru yang
dosanya", hadits ini merupakan anjuran untuk
membuat kebiasaan kebiasaan yang baik, dan
ancaman untuk membuat kebiasaan yang
buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian
dari sabda beliau saw : "semua yang baru adalah
Bid'ah, dan semua yang Bid'ah adalah sesat",
sungguh yang dimaksudkan adalah hal baru
yang buruk dan Bid'ah yang tercela". (Syarh
Annawawi ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)
Dan berkata pula Imam Nawawi bahwa Ulama
membagi Bid'ah menjadi 5, yaitu Bid'ah yang
wajib, Bid'ah yang mandub, Bid'ah yang mubah,
Bid'ah yang makruh dan Bid'ah yang haram.
Bid'ah yang wajib contohnya adalah
mencantumkan dalil dalil pada ucapan ucapan
yang menentang kemungkaran, contoh Bid'ah
yang mandub (mendapat pahala bila dilakukan
dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah
membuat buku buku ilmu syariah, membangun
majelis taklim dan pesantren, dan Bid;ah yang
Mubah adalah bermacam macam dari jenis
makanan, dan Bid'ah makruh dan haram sudah
jelas diketahui, demikianlah makna pengecualian
dan kekhususan dari makna yg umum,
sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah
tarawih bahwa inilah sebaik2 Bid'ah". (Syarh
Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 6 hal
154-155) Al Hafidh AL Muhaddits Al Imam
Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy
rahimahullah Mengenai hadits "Bid'ah Dhalalah"
ini brmakna "Aammun makhsush", (sesuatu
yang umum yg ada pengecualiannya), spt
firman Allah : ".. yang Menghancurkn segala
sesuatu" (QS Al Ahqaf 25) dan kenyataanny
tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat :
"Sungguh telah kupastikan ketentuanku untuk
memenuhi jahannam dengan jin dan manusia
keseluruhanny" QS Assajdah-13), dan pd
kenyataannya bkn semua manusia masuk
neraka, tapi ayat itu bukan brmakna
keseluruhan tapi brmakna seluruh musyrikin
dan orang dhalim.pen) atau hadits : "aku dan hari
kiamat bagaikan kedua jari ini" (dan
kenyataanny kiamat masih ribuan tahun setelah
wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal
189).Maka bila muncul pemahaman di akhir
zaman yang bertentangan dengan pemahamn
para Muhaddits maka mestilah kita brhati hati
dari manakah ilmu mereka, brdasarkn apa
pemahaman mereka, atau seorang yang disebut
imam padahal ia tak mncapai derajat hafidh
atau muhaddits, atau hanya ucapan orang yg
tak punya sanad, hanya menukil menukil hadits
dan mentakwilkan semauny tanpa
memperdulikan fatwa fatwa para Imam
Walillahittaufiq

Selasa, 03 Agustus 2010

Hadith Nasihat


Allah berfirman dalam sebuah Hadis Qudsi,
dipetik dari Kitab Al-Mawa'iz karangan Al-Ghazali :-

Wahai anak-anak Adam,

Aku hairan kepada orang-orang yang yakin
dengan kematian, bagaimana ia masih
bergembira?

Aku hairan orang yang percaya adanya hari
perhitungan, tetapi ia masih leka mengumpul
harta,

Aku hairan orang yang yakin dengan alam kubur,
bagaimana ia masih ketawa?

Aku hairan orang yang yakin tentang hari akhirat,
bagaimana ia masih lagi leka?

Aku hairan orang yang yakin tetang dunia ini akan
musnah, tetapi ia tetap tenang diatasnya.

Aku hairan kepada orang-orang yang alim
lidahnya tetapi jahil tentang hatinya.

Aku hairan kepada orang yang membersih
dengan air tetapi ia tidak membersih dengan hati.

Aku hairan dengan orang yang suka mengambil
tahu tentang keburukan orang lain, sedangkan ia
lupa pada keburukan dirinya,
atau orang yang tahu sesungguhnya Allah akan
membongkar segala maksiat yang ia lakukan,
atau orang yang tahu ia akan mati keseorangan
dan bersendirian di dalam kubur dan akan di
hisab berseorangan, bagaimana ia masih lagi
bersuka ria bersama manusia?
Tidak ada Tuhan selain dari Aku dan Muhammad
itu hamba-Ku dan Rasul-Ku
[ Dipetik daripada Prof Madya Mohd. Uzir
Kamaluddin , Pensyarah UiTM Malaysia ]